Nikmat Dekat Dengan Ahli Ilmu

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Menuntut ilmu merupakan kenikmatan yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba-Nya. Namun tidak semua hamba Allah memperoleh kenikmatan ini. Tidak semua dapat merasakan nikmatnya memahami agama islam ini, memahami tentang hakikat iman yang sesungguhnya. Sungguh! Ini merupakan anugrah dan nikmat terbesar. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُ ۥ لِلۡإِسۡلَـٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ۬ مِّن رَّبِّهِۦ‌ۚ

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?
(QS. Az Zumar : 22)

Dengan ilmu, Allah Ta’ala mengangkat derajat seseorang. Allah Ta’ala berfirman,

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَـٰتٍ۬

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al Mujadilah : 11)

 

Karena begitu nikmatnya memperoleh ilmu, maka dekat dengan ahli ilmu akan menyempurnakan kenikmatan tersebut. Bagaimana tidak, dengan perantara ahli ilmu –setelah izin dari Allah– kita mengetahui suatu hal yang tidak kita ketahui sebelumnya. Hal yang masih samar bagi kita, menjadi jelas dan terang benderang tanpa ada kesamaran sedikitpun. Ini merupakan nikmat di antara nikmat-nikmat yang sering kita lupakan.

Dekat dengan Ahli Ilmu dapat menghidupkan ruh dengan ilmu dan cahaya petunjuk
Tentunya tatkala seseorang dekat dengan Ahli Ilmu akan membuatnya dekat kepada ilmu, ia akan mendapatkan jasadnya terisi dengan ruh yang penuh akan ilmu dan cahaya. Allah Ta’ala mensifati Al-Qur’an yang merupakan pokok dari ilmu sebagai ruh dan cahaya petunjuk,

وَكَذَٲلِكَ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ رُوحً۬ا مِّنۡ أَمۡرِنَا‌ۚ مَا كُنتَ تَدۡرِى مَا ٱلۡكِتَـٰبُ وَلَا ٱلۡإِيمَـٰنُ وَلَـٰكِن جَعَلۡنَـٰهُ نُورً۬ا نَّہۡدِى بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.”
(QS. Asy Syuraa : 52)

 

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah (wafat th.1376H) beliau menafsirkan ayat di atas,

وَهُوَ هَذَا القُرْآنُ الكَرِيْمُ، سَمَّاهُ رُوْحًا، لِأَنَّ الرُّوْحَ يحْيا بِهِ الجَسَدُ، وَالقُرْآنُ تَحْيَا بِهِ القُلُوْبُ وَالأَرْوَاحُ، وَتَحْيَا بِهِ مَصَالِحُ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، لمِاَ فِيْهِ مِنَ الخَيرِ الكَثِيْرِ وَالعِلْمِ الغَزِيْرِ

Demikianlah yang dimaksud dengan ruh adalah Al-Qur’an Al-Karim, Allah Ta’ala menamakan Al-Qur’an dengan Ruh. Karena dengan Ruh jasad dapat hidup, sedangkan dengan Al-Qur’an hati-hati dan ruh pun juga hidup. Sehingga dengan itulah kemaslahatan dunia dan agama dapat terealisasikan. Meningat di dalam Al-Qur’an terdapat kebaikan yang banyak dan ilmu yang melimpah.”
(Lihat Taisir Karimirrahman fi Tafsiril Kalaamil Mannaan Hal.726 Cet. Mu’assasah Ar Risalah)

Oleh karena itu, dekat dengan ahli ilmu merupakan sumber dari ruh dan cahaya petunjuk. Sebaliknya, jika tidak dekat dengan ahli ilmu dan juga ilmu, maka ini merupakan awal dari sebuah petaka. Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah (wafat th.204H) bahkan mengatakan,

وَمَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ …… ‌فَكَبِّرْ ‌عَلَيْهِ ‌أَرْبَعًا ‌لِوَفَاتِهِ

Siapa yang terluput dari ilmu di masa mudanya, …… Maka takbirkan ia sebanyak empat kali atas wafatnya.”
(Lihat Diwaan Asy Syafi’i Hal.59)

Seseorang yang jauh dari ilmu dah ahli ilmu, sejatinya mereka adalah mayat yang berjalan. Karena tidak ada ruh berupa ilmu pada jasad-jasad mereka. Demikianlah yang dikatakan oleh Imam Asy Syafi’i rahimahullah.

Ahli Ilmu tidak akan mencelakakan orang-orang disekitarnya
Bahkan makhluk-makhluk Allah Ta’ala yang lain merasakan manfaat dengan adanya Ahli Ilmu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang Ahli Ilmu,

إِنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ ‌حَتَّى ‌الحِيْتَانُ فِي المَاءِ

Sesungguhnya makhluk-makhluk Allah di langit dan di bumi benar-benar akan memohonkan ampun kepada Ahli Ilmu, sampai ikan-ikan yang berada di dalam air.
(Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud No.3641 dan At Tirmidzi No.2682)

Sebab dari istighfar ini adalah karena seorang yang berilmu mengajarkan kepada manusia ilmu. Termasuk untuk memerhatikan dan menjaga hewan-hewan, mengenalkan kepada manusia perkara yang halal dan yang haram, dan juga mengajarkan kepada manusia bagaimana cara untuk memperoleh hewan tersebut, menggunakan hewan tersebut untuk berkendara, bahkan sampai tata cara menyembelih dengan cara terbaik, Dengan ini Ahli Ilmu berhak untuk memperoleh istighfar dari makhluk tersebut. Demikianlah yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah (wafat th. 751H) di dalam kitabnya (Miftaah Daaris Sa’adah 1:175)

Dalam hadits yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mensifati Ahli Ilmu,

‌هُمُ ‌الْقَوْمُ ‌لَا ‌يَشْقَى ‌بِهِمْ جَلِيسُهُمْ

Mereka adalah suatu kaum yang tidak akan mencelakakan teman duduk mereka.”
(Hadits diriwayatkan Imam Muslim No.2689)

Tentunya berbanding terbalik jika kita dekat dengan bukan dari Ahli Ilmu, seringkali kekecewaan, kecemasan dan kesedihan yang kita dapatkan dari mereka. Bahkan sulit rasanya untuk memperoleh kepercayaan dan ketenangan pada mereka. Sehingga fitrah pada diri manusia pun dapat menilai. Begitu nikmatnya dekat dengan Ahli Ilmu.

Ahli Ilmu merupakan pewaris para Nabi ‘alaihimussalam
Hal ini sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebutkan dalam haditsnya, Dari Abu Darda radiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُورِّثُوا دِيْنَاراً وَلَا دِرْهَماً، ‌إِنَّمَا ‌وَرَّثُوا ‌العِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍ وَافِرٍ

Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh! Para Nabi tidaklah mewariskan dinar dan juga dirham, mereka hanyalah merwariskan ilmu. Siapa saja yang mengambilnya maka ia telah memperoleh perbendaharaan yang berharga.”
(Lihat Shahih At Targhib wat Tarhib 1:138 Cet. Maktabah Al Ma’arif)

Karena ahli ilmu pewaris para Nabi, maka dekat dengan mereka membuat kita setidaknya sedikit merasakan nikmatnya mendapatkan warisan para Nabi ‘alaihimussalam, yang tentunya warisan ini lebih berharga daripada warisan yang ada di dunia ini.

Dekat dengan Ahli Ilmu memudahkan seseorang untuk bertanya prihal agama
Allah Ta’ala berfirman,

فَسۡـَٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّڪۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
(QS. Al Anbiya : 7)

Ini di antara nikmat dekat dengan Ahli Ilmu. Kita bisa bertanya kepada siapanya tentang prihal agama yang tidak diketahui. Sehingga sirnalah kebodohan dalam diri seseorang. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‌أَلَا ‌سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا، فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ

Tidakkah mereka ingin bertanya tatkala mereka tidak mengetahui, karena sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya.”
(Lihat Sunan Abu Daud No.336)

Inilah di antara nikmat dekat dengan Ahli Ilmu. Sehingga ini yang harus disyukuri dan jangan dilupakan jasa-jasa mereka. Terdapat sebuah perkataan yang menarik yang dikatakan oleh Syu’bah,

كُنْتُ إِذَا سَمِعْتُ مِنَ الرَّجُلِ الحَدِيْثَ كُنْتُ لَهُ عَبْداً مَا حَيِيَ

Tatkala aku mendengar satu hadits dari seseorang (Ahli Ilmu), aku siap untuk menjadi budak selama dia hidup.”
(Lihat Tadzkirotus Saami’ Hal. 190. Cet. Maktabah Ibnu Abbas)

Terakhir, tentunya dekat dengan Ahli Ilmu untuk diambil ilmunya dan diambil manfaat serta faidah-faidah dari mereka. Bukan tujuan dekat dengan Ahli Ilmu untuk meningkatkan status sosial, jabatan, bahkan berbangga dengan menunjukkan kepada manusia bahwa ia dekat dengan Ahli Ilmu. Cukuplah membuat kita bangga dengan faidah dan ilmu yang bisa diproleh dari mereka tidak lupa doa untuk mereka tentunya. Khawatirnya berbangga dengan hal tersebut justru membuat kita ghurur (tertipu) dengan itu semua. Sehingga yang menyelimuti kita justru adalah penyakit ujub, ria dan sum’ah. Bangga dengan dikatakan fulan adalah murid ustadz fulan tanpa ada sedikitpun ilmu yang terpatri pada dirinya. ‘Iyaadzan Billah

Masih banyak lagi nikmat dengan Ahli Ilmu, selain dari hal yang disebutkan di atas. Semoga hal di atas dapat menjadi motivasi bagi mereka yang belum mendekat kepada Ahli Ilmu, dan menjadi pengingat untuk bersyukur bagi mereka yang dekat dengan Ahli Ilmu.

 

Wabillahit Taufiq.

Zia Abdurrofi
Depok, 27 Rajab 1445H / 8 Februari 2024

Hukum Wanita Keluar Rumah Ketika Tidak Ada Suami

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Fatwa Ulama : Hukum Wanita Keluar Rumah Ketika Tidak Ada Suami

 

سئل العلامة الألباني رحمه الله عن خروج المرأة وزوجها غائب ؟

الأصل في هذا :

أن تعرف المرأة أنها خُلقت لتلزم بيتها وتخدم زوجها وتربي أولادها إنْ كان لها أولاد، وإنْ لم يكن لها ولد فَحَسْبُها أن تُعْنى ببيتها وزوجها.

ثم يجوز لها أن تخرج لقضاء بعض المصالح التي لا يستطيع الزوج أو أحد أقاربها من محارمها أن يقوم بذلك أو لا يتيسر لغيرها أن يقوم لها بذلك،

ثم لا بأس من خروجها لزيارة صواحبها أو أقاربها في حدود ،

ليست كثيرة كما هو الشأن بالنسبة للرجال،لأن الرجال لم يُخاطبوا بمثل ما خُوطبت النساء، في قوله تبارك وتعالى : ﴿وَقَرْنَ في بيوتكن ولا تبرجن تبرج الجاهلية الأولى﴾

هذا ينبغي على المرأة أن تضع ذلك نصب عينها، أي: أن لا يكون خروجها كخروج الرجل دون حساب ودون حدود، حتى ولو لم يمانع زوجها في ذلك.

【 سلسلة الهدى والنور : 3 】

Syaikh Al Albani rahimahullah pernah ditanya tentang hukum wanita keluar rumah ketika tidak ada suami.

Beliau menjawab,
“Hendaknya seorang wanita mengetahui bahwa ia diciptakan untuk menetap di rumahnya, berkhidmat kepada suaminya, dan mendidik anak-anaknya jika ia memiliki anak. Kalau dia tidak memiliki anak, maka cukup baginya memperhatikan dan mengurusi suami dan rumahnya.

Kemudian, diperbolehkan bagi seorang wanita keluar rumahnya untuk memenuhi sebagian dari kebutuhannya. Yang mungkin tidak bisa dipenuhi oleh suaminya, maupun salah satu keluarga dekat dari mahromnya. Ataupun kebutuhan yang orang lain tidak bisa menggantikannya.

Kemudian, tidak masalah bagi seorang wanita untuk keluar mengunjungi sahabat dekat ataupun kerabatnya, namun tetap pada batasan tertentu. Tidak sama halnya seperti laki-laki. Karena di dalam Al Qur’an, laki-laki tidak diarahkan sebagaimana para wanita diarahkan. Seperti pada firman Allah Ta’ala,

وَقَرۡنَ فِى بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرُّجْنَ تَبَرُّجَ الجَاهِلِيَّةِ الأُوْلَى

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzab : 33)

Inilah yang seharusnya diperhatikan oleh seorang wanita, dan hendaknya ia letakkan perkara ini di pelupuk matanya. Maksudnya, jangan samakan cara keluarnya wanita dengan laki-laki, tanpa ada perkiraan yang tepat dan tanpa ada batasan apapun. Walaupun suaminya tidak melarangnya untuk hal itu.”

(Silsilah Al Huda wan Nur : 3)

Hilangnya Ilmu dengan Wafatnya Para Ulama

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

#Fawaid 3

 

HILANGNYA ILMU DENGAN WAFATNYA PARA ULAMA

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ اللَّهَ لا يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَاد
ولَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بقَبْضِ العُلَمَاءِ، حتَّى إذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فأفْتَوْا بغيرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وأَضَلُّوا

Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mencabut ilmu secara sekaligus dari para hambaNya, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama. Sehingga tatkala tidak tersisa seorang yang berilmu, manusiapun menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin (ulama). Merekapun berfatwa tanpa ilmu, merekapun sesat dan menyesatkan.”
(Hadits diriwayatkan oleh Bukhori No.100)

قال ابن مسعود رضي الله عنه :
” عليكم بالعلم قبل أن يقبض وقبضه أن يذهب أصحابه.

Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu ‘anhu berkata,
Hendaknya kalian berpegang kepada ilmu sebelum dicabut! Ilmu dicabut dengan hilangnya para pemilik ilmu tersebut (wafatnya para ulama).” (Al Faqih wal Mutafaqqih 2/167)

 

قال الشيخ ابن عثيمين – رحمه الله :-
‏فَوالله إنَّ فَقْدَ العالِم لا يُعَوِّضُ عَنهُ مَالٌ ولا عَقَارٌ ولا مَتَاعٌ ولا دِينار ،‏ بَلْ فَقْدُهُ مُصيبَةٌ على الإسلام والمُسلمين .

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
Demi Allah! Hilangnya seorang ahli ilmu tidak akan bisa diganti dengan uang, ladang, harta benda, dan juga dinar. Sejatinya kehilangan seorang ahli ilmu adalah sebuah musibah untuk islam dan kaum muslimin.” (Adh Dhiyaaul Laami’ Hal 12)

Sebuah renungan yang harus disadari bahwasanya para ulama dan ahli ilmu tidak kekal selamanya berada di dunia ini. Sehingga adanya para ulama dan ahli ilmu menjadi kesempatan bagi seluruh manusia untuk meneruskan ilmu yang disampaikan oleh mereka. Kesempatan emas bagi kita yang ingin melanjutkan tombak estafet keilmuan. Sebelum nantinya musibah itu datang, dengan diwafatkannya para ulama yang mulia.

Semoga bermanfaat
Wallahu’alam

 

Zia Abdurrofi

Depok, 9 Rabi’ul Akhir 1445H – 24 Oktober 2023

———————
Referensi :

– Majmu’ah Ibnu Utsaimin Al Ilmiyyah
– Adh Dhiyaaul Laami’ Karya Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah

Ucapan Para Salaf Lebih Bermanfaat

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

#Fawaid 2

 

UCAPAN PARA SALAF LEBIH BERMANFAAT

 

Seringkali kita mendengar ucapan dari para salaf yang sangat menyentuh hati. Bahkan tak sedikit orang-orang yang tersentuh dan tersadarkan dari segala perbuatan buruk dan maksiat, disebabkan indahnya untaian-untaian kalimat yang mereka ucapkan.

Tentu hal ini tidak serta merta terjadi begitu saja. Pasti ada suatu hal yang menyebabkan perkataan mereka amat sangat bermanfaat. Sejenak kita perhatikan dan renungkan perkataan seorang ulama.

Dari Abdullah bin Mubaarak rahimahullah ia berkata, Hamdun bin Ahmad pernah ditanya,

مَا بَالُ كَلَامِ السَّلَفِ أَنْفَعُ مِنْ كَلَامِنَا ؟ قَالَ : لِأَنَّهُمْ تَكَلَّمُوا لِعِزِّ الإسْلَامِ وَنجَاةِ النُّفُوسِ وَرِضَا الرَّحْمَنِ وَنَحْنُ نَتَكَلَّمُ لِعِزِّ النُّفُوسِ وَطَلَبِ الدُّنْيَا وَرِضَا الخَلْقِ

Mengapa bisa perkataan salaf (para ulama terdahulu) lebih bermanfaat dari pada perkataan kita?“. Hamdun pun menjawab : “Dikarenakan mereka berkata untuk mengangkat dan membela agama islam, serta untuk menyelamatkan jiwa-jiwa mereka (dari perbuatan buruk) dan mengharapkan ridho Sang Rahman (Allah Ta’ala). Adapun kita (saat ini) berkata atau berbicara untuk membela diri-diri kita sendiri, untuk mencari kegemerlapan dunia dan berharap keridhoan manusia.” (Ayna Nahnu Min Akhlaaqis Salaf Hal – 15)

Ternyata sebab berbekasnya perkataan mereka karena keikhlasan mereka dalam mengharapkan keridhoan Allah Ta’ala. Sehingga Allah berikan kepadanya penerimaan untaian kalimat tersebut di hati-hati manusia. Allah berfirman,

هَلۡ جَزَاۤءُ ٱلۡإِحۡسَـٰنِ إِلَّا ٱلۡإِحۡسَـٰنُ

(QS. Ar Rahman : 60)

Syaikh As Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas,
Tidaklah balasan bagi orang-orang yang memperindah ibadahnya kepada Sang Khaliq, yang suka memberikan manfaat kepada orang lain, melainkan Allah akan berbuat baik pula kepadanya dengan memberikan kepadanya pahala yang berlimpah, kemenangan yang besar, kenikmatan yang kekal, dan kehidupan yang tentram.”  (Lihat Tafsir As Sa’di surat Ar Rahman : 61)

Lihatlah! Hal itu tidaklah terjadi melainkan karena tulusnya niat-niat mereka dalam menyampaikan untaian-untaian kata. Sehingga Allah membalasnya dengan sampainya kata-kata tersebut bahkan tertancap dalam relung hati-hati manusia. Masyhur dikalangan orang-orang arab sebuah perkataan,

مَا خَرَجَ مِنَ القَلْبِ وَصَلَ إِلَى القَلْبِ

Setiap yang keluar dari hati, akan sampai ke hati.”

Sehingga ini menjadi sebuah rumus yang sakti dan telah terbukti. Sampaikanlah untaian kata demi kata dari hati yang terdalam penuh keikhlasan kepada Allah Ta’ala. Sampaikan nasihat-nasihat dengan niat yang tulus, tidak untuk ria dan sum’ah apalagi ujub.

Ambillah pelajaran dari para salaf! Karena telah terbukti perkataan para ulama salaf sampai sekarang masih harum nan wangi, tumbuh dan subur. Kendati jasad-jasad mereka sudah berada di dalam kubur.

Semoga bermanfaat,
Wallahu’alam

 

Zia Abdurrofi

Depok, 2 Rabi’ul Akhir 1445H – 17 Oktober 2023

——————

Referensi :

– Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf Karya Bahaauddiin bin Faatih

– Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalaamil Mannan – Karya Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Sa’di rahimahullah

Agama Hadir Untuk Kemaslahatan dan Menghilangkan Kemudhorotan

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

#Fawaid 1

 

AGAMA HADIR UNTUK KEMASLAHATAN DAN MENGHILANGKAN KEMUDHOROTAN

 

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin (wafat th. 1421) pernah berkata :

فما من شيء أمر الله به رسوله صلى الله عليه وسلم إلا والمصلحة في وجوده ومن من شيء نهى الله عنه ورسوله إلا والمصلحة في عدمه.

Tidak ada satupun perkara yang Allah dan RasulNya perintahkan melainkan padanya terdapat kemaslahatan (kebaikan). Dan tidaklah ada satu perkara pun yang Allah dan RasulNya larang melainkan pada ketidak adaanya terdapat kemaslahatan.” ( Lihat Syarah Riyadusshalihin 3/533 – Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin).


Syaikh juga pernah menuliskan dalam bait sya’irnya,

الدين جاء لسعادة البشر ….. ولانتفاء شر عنهم والضرر
فكل أمر نافع قد شرعه ….. وكل ما يضرنا قد منعه

“Agama hadir untuk kebahagiaan manusia
     dan menghilangkan dari mereka keburukan dan kemudhorotan.
Maka setiap perkara yang bermanfaat telah disyari’atkan
     dan setiap yang memudhorotkan kita telah dilarang.”


Dari hal di atas maka dapat dipastikan segala hal yang membawa manfaat bagi kaum muslimin, maka agama Islam memperbolehkannya bahkan mewajibkannya. Jika perkara itu termasuk dari ibadah, maka agama Islam memerintahkan untuk hal itu dan jika bukan dari perkara ibadah, maka Islam memberikan kelonggaran dengan dimasukkannya perkara tersebut dalam perkara yang mubah.

– Sebagai contoh dalam perkara ibadah, Allah memerintahkan hambaNya untuk melaksanakan sholat, yang tentu manfaatnya kembali kepada hambaNya. Dengan sholat, seorang hamba mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan. Dengan sholat, hubungan seorang hamba dengan RabbNya semakin dekat. dan manfaat-manfaat yang lainnya.

– Sebagai contoh dalam perkara duniawi, di antara kendaraan yang dimudahkan di zaman sekarang adalah pesawat. Maka tentunya hal ini diperbolehkan walaupun tidak ada di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentunya karena hal ini adalah manfaat dan bisa menjadi sarana untuk kebaikan, begitupun hal ini bukan termasuk perkara ibadah.

Jika ada yang menyanggah dengan mengatakan, kalau Islam membolehkan hal yang bermanfaat mengapa Islam melarang riba ? padahal riba memberikan manfaat. Ada beberapa keuntungan di dalamnya.  Jawabnya, riba tidaklah memberikan manfaat kecuali sedikit saja. Riba memberikan keuntungan untuk sepihak saja, tidak dengan pihak yang lain. Dan kemudhorotan riba lebih banyak dan berlipat-lipat. Kemudhorotannya meliputi dunia dan akhirat.

Sama halnya dengan judi dan khamr, Allah berfirman mengenai keduanya,

يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَاۗ

Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. (Akan tetapi,) dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya.” (QS. Al Baqoroh : 219)

Lihatlah! Kendati manfaat terdapat pada judi dan khamar, Allah mengharamkannya karena mudhorotnya jauh lebih besar dari pada manfaatnya.

Dari hal di atas pula kita mengetahui, bahwa agama Islam mencegah segala macam bentuk kemudhorotan. Baik sebelum terjadi (preventif) ataupun setelah terjadi (represif). Seperti halnya riba, agama kita melarang sebelum terjadinya riba dan sesudah terjadinya riba.

Maka segala macam kemudhorotan yang berpengaruh kepada agama, akal, badan, harta, baik itu sifatnya individual atau masyarakat, kesemuanya agama Islam telah melarangnya.


Kesimpulannya, dapat dipastikan segala apa yang Allah dan RasulNya perintahkan untuk melaksanakannya akan mendatangkan manfaat, kemaslahatan, kebaikan, ketenangan, ketentraman hati, pahala dan lain sebagainya. Ini merupakan buah dari ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 97)

Para ulama dalam menafsirkan ayat “Kehidupan yang baik” ada beberapa penafsiran. Di antaranya,
– Rizqi yang halal dan thoyyib
– Qona’ah
– Kebahagiaan
– Mengamalkan ketaatan dan hati yang lapang.

Dan kesemua tafsiran di atas benar dan terangkum dalam ayat di atas. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Katsir rahimahullah.

(Lihat Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al Qurthubi)

Sebaliknya, bagi mereka yang menerjang larangan Allah dan RasulNya, hatinya akan gusar, gundah gulanah dan tidak merasakan ketenangan. Ini merupakan akibat dari mengerjakan apa yang Allah dan Rasulnya larang. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”(QS. Thaha : 124)

 

Wallahu’alam

Zia Abdurrofi

Bogor, 12 Shafar 1445 – 29 Agustus 2023

————————

Referensi :
– Syarah Riyadush Shalihin – Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
– Syarah Mandzumah Ushul Fiqh wa Qowa’iduhu – Karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
– Tafsir Ibnu Katsir
– Tafsir Al Qurthubi

Ilmu yang Barokah

Ilmu Yang Barokah

Asy Syaikh Muhammad bin Shaalih Al Utsaimin rahimahullah beliau berkata :

إِنَّ مِنْ أَبْرَكِ العِلْمِ تَحْصِيْلًا وَتَأْثِيْرًا فِيْ النَّفْسِ وَفِي العَمَلِ وَالْمَنْهَجِ هُوَ مَا يَحْصُلُ فِيْ المَسَاجِدِ، فَمَا أَبْرَكَ عِلْمَ الْمَسَاجِدِ! لِأَنَّ المَسَاجِدَ فِيْهَا خَيْرٌ وَبَرَكَةٌ، وَلِذَلِكَ أَنَا أَقُوْلُ لَكُمْ عَنْ نَفْسِي: إِنَّ العِلْمَ الحَقِيقِي الذِّي أَدْرَكْتُهُ هُوَ العِلْمُ الذِّي قَرَأْتُهُ عَلَى المَشَايِخِ، وَإِنْ كُنْتُ اسْتَفَدْتُ مِنَ الجَامِعَةِ فِي فُنُونٍ أُخْرَى، لَكِن العِلْم الرَّاسِخ المُبَارك هُوَ مَا يُدْرِكُهُ الإِنْسَانُ عِنْدَ المَشَايِخِ.

Sesungguhnya diantara ilmu yang paling berkah dari segi hasil dan berbekasnya ilmu itu di dalam jiwa, di dalam amalan dan manhaj, adalah ilmu yang didapatkan dari masjid-masjid.

Sungguh berkah ilmu yang didapatkan dari masjid-masjid! Karena di dalam masjid-masjid terdapat kebaikan dan keberkahan.

Karenanya saya katakan kepada kalian berdasarkan pengalaman saya pribadi: Ilmu yang haqiqi (sebenarnya) yang saya dapatkan adalah ilmu yang saya baca dihadapan para syaikh (guru). Walaupun saya banyak mengambil faidah dari kelas di Universitas pada cabang ilmu yang lain. Akan tetapi ilmu yang kokoh lagi berkah adalah ilmu seseorang yang dia dapatkan dari para syaikh (yang mengajar di masjid).”

Dinukil dari kitab Majmu’ Fatawa wa Ar Rasaa’il (26/202)

Nasihat yang Berharga untuk Kedua Mempelai

Berkata Syaikh Firkaus حقظه الله

Maka yang wajib bagi seorang suami ialah tidak mencela istrinya atas perkara-perkara yang telah lewat dan (tidak,pent) menyelidiki aib-aibnya yang telah lalu, yang apabila disebut-sebut bisa mengancam kehidupan rumah tangga

Ini dalam rangka mengamalkan firman Alloh Ta’ala ;

فإن أظعنكم فلا تبغوا عليهن سبيلا

“Apabila mereka (para istri, pent) telah taat kepada kalian (para suami, pent) maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk mencari kesalahan mereka,pent)” (An-Nisa ; 34)

_____

diambil dari situs resmi milik Fadhilatusy Syaikh Firkaus

pada pembahasan

 حق تأديب الزوجة بين الإصلاح و التشقي

 

Baca Juga: Karakteristik Dari Sifat-Sifat Istri Shalihah (Bagian 1)

Bagaikan Anjing yang Memperebutkan Bangkai

Al-Hafizh Ibnu Asakir rahihamullaahu meriwayatkan dalam Taariikh-nya bahwasanya Ahmad bin ‘Ammar al-Asadi berkata,

“Suatu ketika kami keluar (pergi) bersama salah seorang mu’allim yang shalih mengantarkan jenazah. Bersamanya ada beberapa orang sahabatnya. Tiba-tiba, dalam perjalanannya itu, ia melihat beberapa ekor anjing yang berkumpul. Sebagiannya tengah bermain-main dengan sebagian yang lain, berguling-guling dan ada yang menjilati yang lain. Mu’allim tersebut berkata, “Lihatlah anjing-anjing ini! Alangkah baiknya perangai sebagian mereka kepada sebagian yang lain.”

Ahmad bin ‘Ammar melanjutkan, “Kemudian kami pun pulang setelah menguburkan jenazah itu, dan sebuah bangkai telah dilemparkan. Anjing-anjing tadi berkumpul, sebagiannya berkelahi dengan sebagian yang lain. Yang ini merebut dari yang itu. Sebagian lagi menggonggong kepada yang lain. Mereka saling berkelahi demi bangkai itu. Mu’allim tersebut menoleh ke sahabat-sahabatnya lalu berujar kepada mereka, “Apakah kalian melihat wahai sahabat-sahabatku, selama dunia tidak ada di antara kalian maka kalian bersaudara. Namun ketika dunia muncul di antara kalian, maka kalian berkelahi deminya persis berkelahinya anjing-anjing tadi demi sebuah bangkai.”

(Mukhtashar Taariikh Dimasyq karya Ibnu Asakir: 1/ 378)

Wahai Istri Cukup Lakukan 4 Hal Ini Maka Masya Allah Balasannya

Ingin Menjadi Istri Sholehah Cukup Lakukan 4 Hal Ini

Salah Satu Faedah Dari Dauroh Islami Karakteristik Sifat-Sifat Istri yang Shalihah & Suami yang Shalih

Berbahagialah wahai para istri, dengan menjalankan dua ketaatan, anda bisa masuk surga Allah ta’la dari pintu mana saja yang anda kehendaki.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan ta’at kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya; ‘Masuklah kamu ke dalam syurga dari pintu mana saja yang kamu inginkan’.”. (HR Ibnu Hibban dan Ahmad 1573 di Shahihkan oleh syaikh al albani dalam Al Jami’ Ash Shaghir)

Dalam hadist yang mulia di atas terdapat faidah yang besar, didalamnya ada dua ketaatan yang harus di lakukan bagi seorang istri, taat kepada Allah ta’la dan Taat kepada suaminya.

Taat kepada Allah yaitu mentaati perintah Allah yang wajib seperti Shalat 5 waktu dan Puasa pada bulan suci ramadhan dan kewajiban-kewajiban lainya.

Kemudian bukti ketaatan istri terhadap suaminya ialah dia jaga kehormatan dirinya, dan ia mentaati suaminya, jika suaminya memerintahkan sesuatu yang ma’ruf (baik).

Maka berbahagialah seorang istri yang ta’at kepada Allah ta’la dan ta’at kepada Suaminya, inilah diantara karakteristik sifat-sifat Istri yang shalihah.

Allahu ‘Alam

Abu Yusuf Dzulfadhli al Maidany

Baca Juga: Sikap Istri Pertama Ketika Madunya Bersikap Tidak Baik Kepadanya

Solusi Untuk Bagi Yang Ingin Nikah Muda Tapi Belum Diizinkan Orang Tua

Assalamu’alaikum, ustadz bagaimana caranya agar orang tua saya memberikan izin kepada saya untuk nikah, karena saya tidak diizinkan nikah karena alasan masih muda? padahal calonnya sudah ada, dan saya juga gak mau lama-lama lagi ustadz

Jawaban:

  1. Berdo’a minta kepada Allah agar dimudahkan urusan antum.
  2. Jelaskan kepada orang tua dengan baik, bahwasannya antum sudah sangat darurat sudah sangat ingin segera menikah.
  3. Jika antum khawatir terjatuh dari perbuatan zina, maka hukumnya sudah wajib, adapun jikaantum tidak khawatir terjatuh dari perbuatan zina maka hukumnya sunnah, karena hukum menikah tergantung kondisi seseorang, bisa Wajib, Mustahab (sunnah), Haram dan Makruh sebagaimana yang Masyhur dari kalangan mazhab Maliki ,Syafi’i dan Hambali. (lihat,shahih Fiqih sunnah III/75)
  4. Minta tolong kepada Keluarga dekat antum baik itu kakak, paman atau kakek dan yang lainnya untuk ngomong ke orang tua antum bahwasanya antum ingin segera menikah.
  5. Kalau orang tua belum izinkan untuk menikah, maka hendaknya antum bersabar, apalagi umur antum masih muda.
  6. Jauh tempat-tempat yang membuat fitnah.
  7. Melihat umur antum masih muda, perbanyak menuntut ilmu, datang ke majelis ilmu.
  8. Tetap berakhlaq yang baik terhadap orang tua denagn akhlak yang mulia.
  9. Hendaknya sebelum menikah antum bekerja, atau mencari sambilan kerja jika saat ini antum masih sekolah atau kuliah, untuk mempersiapkan bekal nikah, dan agar orang tua dan Camer (Calon Mertua) yakin dengan antum, bahwa antum siap menjadi seorang suami dan ayah bagi anak- anak antum nantinya.
  10. Yakinlah sesuatu yang kita kerjakan atau kita amalkan karena Allah ta’la, niscaya akan Allah mudahkan.

 

Allahu ‘alam

Dijawab oleh
Ust.Abu Yusuf Dzulfadhli M,BA.

2 akan kembali, Hanya 1 yang tetap setia mendampingi

Saudaraku,

Keluarga yang kita cintai, akan kita tinggalkan.
Harta yang kita miliki akan kita tinggalkan.
Karena kita tau bahwa hidup didunia ini, kita tidak kekal, tidak abadi.
Umur yang di berikan kita terbatas.
Dan kematian itu pasti.
Dan kita akan kembali suatu saat nanti.
Sudah saatnya kita berbenah diri, karena amal lah yang menemani kita nanti,
Kita hanya berusaha, berharap, agar amalan kita di dunia bermanfaat di hari nanti.
Karena harta dan keluarga akan meninggalkan kita.

Dari Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah ﷺ bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Mayyit diiringi tiga hal, yang dua akan kembali sedang yang satu terus menyertainya, ia diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedang amalnya akan terus tetap bersamanya.” (HR.Bukhari 6514 dan Muslim 2690)

Semoga Allah menerima Amal Ibadah kita.

Abu Yusuf Dzulfadhli al Maidani

Nasehat Salafus Shalih Agar Menjauhi Perbuatan Dosa

Sesungguhnya Kebaikan itu memiliki sinar di wajah, cahaya didalam hati, meluaskan rezeki, dan menguatkan anggota badan, serta  kecintaan di hati-hati manusia. Adapun keburukan itu memiliki hitam (kegelapan;pent) diwajah, kegelapan didalam hati, kelemahan di badan, dan kekurangan rezeki, serta kebencian di hati-hati manusia. (Ad-Dau wad Dawa’hal,86)

Nasehat Waki’ kepada Imam Syafi’i rahimahullah

قال الشافعي-رحمه الله- :

شكوت إلى وكيع سوءحفظي              فأرشدني إلى ترك المعاصي

و قال اعلم بأن العلم فضل                 وفضل الله لا يؤتاه عاصي

Berkata Imam Syafi’i rahimahullah:

“Saya mengadu kepada Waki’ mengenai buruknya hafalanku, Maka beliaupun menasehatiku agar meninggalkan maksiat, Kemudian beliu berkata: ketahuilah, bahwasannya ilmu itu adalah keutamaan dan Keutamaan Allah tidak diberikan kepada orang bermaksiat.” (Diwaan AsSyafi’I (54), Ad-Dau  wad Dawa’hal,84)

Nasehat Bilal bin sa’ad

قال الإمام أحمد:حدثنا الوالد ; قال :سمعت الأوزعي يقول :سمعت بلال بن سعد يقول :  ولا تنظر صغر المعصية ،ولكن انظر من عصيت

Berkata Imam Ahmad  Didalam Kitab az-Zuhdu (460): Walid menceritakan kepada kami, beliau berkata: aku mendengar Al auzai’ berkata: aku mendengar Bilal bin sa’ad berkata: ”Janganlah engkau melihat kecilnya maksiat ,akan tetapi lihatlah siapa yang engkau maksiati.”

Nasehat Dzu Nun

 و قال ذوالنون  :من خان الله في السر ،هتك الله في العلانية

Berkata Dzu Nun: ”Barang siapa yang berkhianat (bermaksiat; pent) kepada Allah secara tersembunyi,
maka Allah akan membuka aibnya di khalayak ramai. (Ad-Dau  wad Dawa’hal, 84)

Nasehat Para Salaf

Berkata sebagian Salaf :

“Maksiat mengantarkan kepada perbuatan Kekufuran, Sebagaimana Ciuman mengantarkan kepada perbuatan Jima’, dan nyanyian mengantarkan kepada perbuatan zina, dan pandangan mengantarkan kepada Mabuk Cinta, dan Sakit itu mengantarkan kepada Kematian serta bid’ah mengantarkan kepada kesesatan” (Ad-Dau  wad Dawa’ hal,80)

Berkata sebagian Salaf:

“Tatkala dosa menimpa kalian maka Allah menimpakan azab kepada kalian dengan kekuasaan-Nya.” (Ad-Dau  wad Dawa’ hal, 100)

Nasehat Abdullah bin Abbas

Berkata Abdullah bin Abbas :
”Sesungguhnya Kebaikan itu memiliki sinar di wajah, cahaya didalam hati, meluaskan rezeki, dan menguatkan anggota badan, serta  kecintaan di hati-hati manusia. Adapun keburukan itu memiliki hitam (kegelapan;pent) diwajah, kegelapan didalam hati, kelemahan di badan, dan kekurangan rezeki, serta kebencian di hati-hati manusia.” (Ad-Dau wad Dawa’hal,86)

Nasehat Abdullah bin Mubarak

Berkata Abdullah bin Mubarak:

“Aku melihat Dosa-dosa itu mematikan hati. Dan sungguh Dosa-dosa itu mewariskan kehinaan yang  melekat. Dan meniggalkan dosa-dosa merupakan hidupnya hati. Dan merupakan kebaikan  bagi dirimu adalah meninggalkan dosa-dosa itu. Dan tidaklah yang merusak agama ini melainkan raja-raja, ulama suu’ (buruk) dan ahli ibadah (yang tidak berilmu).” (Ad-Dau wad Dawa’ hal,93)

Perkataan Musa bin Mas’ud

Berkata Musa bin Mas’ud:

كنا إذا جلسنا إلى سفيان كأن النار قد أحاطت بنا لما نرى من خوفه وجزعه

“Dahulu kami ketika duduk bersama (di majelis,pent) Sufyan, sungguh seakan – akan kami diliputi Api Neraka, tatkala kami melihat dari sikapnya yang khauf (Takut) dan cemas.” (Tazkiyatun Nufûs hal,115)

Semoga Allah ta’la senantiasa menjauhkan kita dari perbuatan dosa.

Allahu ‘alam

Abu Yusuf Dzulfadhli Al Maidani

Referensi:
1. Ad-Dau  wad Dawa’ Oleh Ibnul Qoyyim al Jauziyah, Tahqiq Syaikh Ali Hasan Al Halabi, Cet,Daar Ibnul Juziyah)

2. Tazkiyatun Nufûs,oleh Ahmad Farid,Cet,Dârul Aqidah litturats.

Apakah Menikah Harus Menunggu Kita Sudah Mapan?

Pertanyaan:

Ustadz, ana ingin menikah tapi belum punya kendaraan dan rumah, dan rasanya sangat kurang enak ketika sudah menikah masih tinggal di rumah orang tua.

Jawaban:

Menikah Tidak Harus Mapan Terlebih Dahulu

Menikah tidak harus  memiliki rumah megah terlebih dahulu, kendaraan mewah, dan pekerjaan yang mapan,dahulu  pada zaman nabi shalallahu a’laihi wa sallam  ada seseorang pemuda yang ingin menikah akan tetapi  ia tidak memiliki apa-apa.

Disebutkan dalam satu riwayat,dari Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu ia berkata;

جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنِّي وَهَبْتُ مِنْ نَفْسِي فَقَامَتْ طَوِيلًا فَقَالَ رَجُلٌ زَوِّجْنِيهَا إِنْ لَمْ تَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ قَالَ هَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ تُصْدِقُهَا قَالَ مَا عِنْدِي إِلَّا إِزَارِي فَقَالَ إِنْ أَعْطَيْتَهَا إِيَّاهُ جَلَسْتَ لَا إِزَارَ لَكَ فَالْتَمِسْ شَيْئًا فَقَالَ مَا أَجِدُ شَيْئًا فَقَالَ الْتَمِسْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ فَلَمْ يَجِدْ فَقَالَ أَمَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ شَيْءٌ قَالَ نَعَمْ سُورَةُ كَذَا وَسُورَةُ كَذَا لِسُوَرٍ سَمَّاهَا فَقَالَ قَدْ زَوَّجْنَاكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ

Ada seorang wanita datang kepada Rasulullah dan berkata, “Sesungguhnya aku menghibahkan diriku.” Wanita itu berdiri agak lama, lalu seorang laki-laki pun berkata, “Nikahkahkanlah aku dengannya, jika memang Anda tidak berhasrat padanya.” Beliau bertanya: “Apakah kamu memiliki sesuatu untuk maharnya?” laki-laki itu berkata, “Aku tidak punya apa-apa kecuali kainku ini.” Beliau bersabda: “Jika kamu memberikannya dan kamu duduk tak berkain. Carilah sesuatu.” Laki-laki itu menjawab, “Aku tidak mendapatkan sesuatu.” Beliau bersabda lagi: “Carilah, meskipun hanya berupa cincin besi.” Namun laki-laki itu ternyata tak mendapatkan sesuatu, akhirnya beliau bertanya: “Apakah kamu hafal sesuatu dari Al Qur`an?” laki-laki itu menjawab, “Ya, yaitu surat ini dan ini.” Ia menyebutkannya. Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya aku telah menikahkanmu dengan wanita itu dengan mahar hafalan Al Qur`anmu.” (HR.Bukhari, no 5135)

Carilah Kecukupan Dengan Menikah

Allah ta’la berfirman :

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ( Qs.An Nuur :32).

Pada Firman Allah ta’la:

{وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ}

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian. (An-Nur: 32).

Hal ini merupakan perintah untuk Menikah.

Segolongan ulama berpendapat bahwa setiap orang yang mampu kawin diwajibkan melakukanya. Mereka berpegang kepada makna lahiriah hadits Nabi yang berbunyi:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ” 

Hai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menanggung biaya perkawinan, maka hendaklah ia Menikah. Karena sesungguhnya Menikah itu lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan. Dan barang siapa yang tidak mampu, hendaknyalah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu dapat dijadikan peredam (berahi) baginya. (HR.Bukhari dan Muslim)

Telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa ia pernah mengatakan, “Carilah kecukupan dari menikah, karena Allah ta’la telah berfirman: ‘Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya (An-Nur: 32).”

( Tafsir Ibnu Katsir 1331,Cet Daar Ibnu Hazm).

Allah akan menolong hambanya yang ingin menikah agar tidak terjatuh dalam perbuatan dosa

Dalam satu riwayat di sebutkan kan,

Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah bersabda:

ثَلَاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ : الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَالْمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الْأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ الْعَفَافَ “. 

“Tiga golongan yang pasti Allah tolong; orang yang berjihad di jalan Allah, budak yang ingin merdeka dari tuannya (dengan tebusan) dan orang yang ingin menikah agar dirinya terjaga dari dosa.” (HR.Ahmad 9258,Tirmidzi 1655 dan Nasai’ 3120)

Pada kalimat,

والناكح الذي يريد العفاف ; أي العفة من الزنا

Orang yang ingin menikah agar dirinya terjaga dari dosa, yaitu terjaga dari perbuatan zina. (Tuhfatul Ahwazi bi Syarhi Jaami’ Tirmidzi)

Persiapkan Bekal Sebelum Menikah

Ketika anda ingin menikah maka  Hendaknya  anda mempersiapkan  bekal, yaitu bekal ilmu dan harta.

Dari sisi ilmu,hendaknya anda belajar yang berkaitan dengan Pernikahan yang sesuai syar’i,

Adapun dari sisi harta,  karena bagaimanapun saat sekarang ini menikah butuh modal, maka hendaknya ia mempersiapakannya,dengan bekerja keras, menabung dan lain sebagainya sesuai kemampuan anda, setelah itu tawakkal kepada Allah ta’la dan jangan lupa berdo’a kepada Allah ta’la agar segala urusan di mudahkan.

Allahu ‘alam.

Dijawab oleh
Ust.Abu Yusuf Dzulfadhli M,BA.

Cara Menghidupkan Dan Melembutkan Hati Yang Keras Karena Maksiat

Pertanyaan :

Bagaimana cara untuk menghidupkan dan melembutkan hati yang telah mati dan keras karena perbuatan maksiat, mohon nasihatnya ustadz

Jawaban :

Seorang yang bermaksiat maka hatinya akan hitam dan apabila ia bertaubat maka hatinya kembali menjadi bersih. Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ
{ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }

“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka di titikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan “Ar raan” yang Allah sebutkan: kallaa bal raana ‘alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun.(QS. Almuthaffifin 14).” (HR.Tirmidzi,3334 Ia berkata; hadits ini hasan shahih)

Kemudian sebab atau faktor seseorang itu bermaksiat, hal ini karena disebabkan lemahnya keimanannya, ada dua faktor yang menyebabkan seseorang lemah imannya yaitu faktor pengaruh dari dalam (internal) dan faktor Pengaruh dari luar (eksternal). ( lihat Ziyadatul Iman Wa Nuqshonuhu 248, Oleh Syaikh Abdurrozak bin Abdul Muhsin)

1. Faktor Dhakhilyah (internal) dari dalam, yaitu :

  1. al Jahlu : Kebodohan
  2. al Ghaflah : Lalai
  3. Al I’radh wa An Nisyan : Berpaling dan Lupa
  4. An Nafsul ammratu bis Suu’ : Hawa nafsu yang mengantarkan kepada perbuatan yang buruk.
  5. Fi’lul Ma’ashi : Perbuatan dosa dan yang lainnya.

2. Faktor Kharijiyah (eksternal) dari Luar yaitu :

  1. Syaithan : Goda’an Setan
  2. Quronaus Suu’ : Teman yang buruk.
  3. Ad Dunya wa fitnatuha : Fitnah Dunia
  4. Mendengarkan Musik (Nyanyian), dan yang lainnya.

(Lihat Asbab Ziyadatul Iman wa Nuqshanuhu, oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim alhamd)

Kiat- Kiat Menghidupkan Dan Melembutkan Hati

1. Beristighfar dan Bertaubat dari dosa

Seorang yang bertakwa yang menjauhi dosa dan maksiat dia akan mendapatkan ketenangan jiwa, adapun orang yang bermaksiat dia akan merasakan kerasnya hati.

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ
{ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }

“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka di titikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan “Ar raan” yang Allah sebutkan: kallaa bal raana ‘alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun.(QS. Almuthaffifin 14).” (HR.Tirmidzi,3334 Ia berkata; hadits ini hasan shahih)

Pada hadist diatas, dapat kita ambil faidahnya, yaitu apabila seseorang yang meninggalkan perbuatan dosa dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya akan dibersihkan kembali.

2. Menjaukan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

Dosa dapat mematikan hati, dan menjauhkannya dapat menghidupkan hati. Berkata Abdullah bin Mubarak :

Aku melihat Dosa-dosa itu mematikan hati
Dan sungguh Dosa-dosa itu mewariskan kehinaan yang  melekat
Dan meniggalkan dosa-dosa merupakan hidupnya hati
Dan merupakan kebaikan  bagi dirimu adalah meninggalkan dosa-dosa itu
Dan tidaklah yang merusak agama ini melainkan raja-raja, ulama suu’ (buruk) dan ahli ibadah (yang tidak berilmu).
(Ad-Dau wad Dawa’(93) Oleh Ibnul Qoyyim al Jauziyah, Tahqiq Syaikh Ali Hasan Al Halabi, Daar Ibnul Juziyah)

3. Berzikir mengingat Allah

Seseorang yang berzikir kepada Allah, maka hatinya merasa tenteram.

Allah ta’la berfirman :

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Qs.Ar Ra’du 28).

4. Membaca Al Qur’an

Al Qur’an merupakan obat penyakit yang ada di dalam hati.

Allahu ta’la berfirman :

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Qs.al Isra : 82)

Berkata ustman bin affan radhiallahu ‘anhu

لو طهرت قلوبنا ما شبعت من كلام الله

Kalau sekiranya hati kita ini bersih, niscaya kita tidak akan puas membaca Kalamullah (Al Qur’anul Karin).
(Ighatsatul Lahfan 1/64).

5. Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya.

Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya termasuk sebab menjadi hati tenang dan bahagia.

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah ﷺ telah bersabda:

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. (HR.Muslim,2699)

Dan Allah ta’la akan memberikan kehidupan yang baik kepada orang yang beramal shalih.

Allah Ta’la beriman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs.An Nahl :97)

6. Mentauhidkan Allah

Allahu ta’la berfirman :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُون.َ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat (Qs.As Syu’ara :88-89)

Didalam Tafsir ibnu katsir di sebutkan bahwa hati yang selamat diantara maknanya adalah hati yang bersih dari kesyirikan,dan abdullah bin abbas radhiallahu ‘anhu menyatakan makna

إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Yaitu hati yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. (Tafsir al Qur’anul A’zhim 1376, oleh Ibnu Katsir, Cet Daar Ibnu Hazm)

7. Jadikan Hati Ini Orientasinya adalah Akhirat

Allah ta’la berfirman :

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Qs.Al ‘Ala : 17)

Dan Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Barangsiapa menjadikan dunia sebagai ambisinya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, dan Allah akan menjadikannya miskin. Tidaklah ia akan mendapatkan dunia kecuali apa yang telah di tetapkan baginya. Dan barangsiapa menjadikan akhirat sebagai niatannya, maka Allah akan menyatukan urusannya dan membuatnya kaya hati, serta ia akan di beri dunia sekalipun dunia memaksanya.” (HR.Ahmad 20608, Ibnu Majah 4105, Tirmizdi, 2465. Di shahihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Silsilah al ahadiits Shahihah 950)

8. Berbuat Kebaikan

Berkata Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhu :”Sesungguhnya Kebaikan itu memiliki sinar di wajah, cahaya didalam hati, meluaskan rezeki, dan menguatkan anggota badan, serta  kecintaan di hati-hati manusia. Adapun keburukan itu memiliki hitam (kegelapan;pent) diwajah, kegelapan didalam hati, kelemahan di badan, dan kekurangan rezeki, serta kebencian di hati-hati manusia.” (Ad-Dau  wad Dawa’(86) Oleh Ibnul Qoyiim,Tahqiq Syaikh Ali Hasan  Al Halabi cet,Daar Ibnul Juziyah)

9. Mengingat Mati

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

“Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan yaitu kematian” (HR.Tirmidzi. 2307, Berkata Abu Isa : Hadits ini hasan)

Dari Hani` bekas budak ‘Utsman radhiallahu ‘anhu dia berkata;

كَانَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ يَبْكِي حَتَّى يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ تَذْكُرُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ وَلَا تَبْكِي وَتَبْكِي مِنْ هَذَا قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ

“Jika Utsman bin ‘Affan berhenti di suatu kuburan, dia menangis sehingga jenggotnya basah. Di tanyakan kepadanya; “Apakah kamu ingat surga dan neraka?, janganlah kamu menangis, apakah kamu menangis hanya karena ini?” dia menjawab; “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kuburan adalah tempat singgah pertama akhirat. Jika selamat darinya, maka setelahnya pun ia akan lebih mudah (urusannya) namun jika ia tidak selamat darinya, maka sesudahnya pun ia akan lebih sulit lagi.” Utsman berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Aku tidak pernah melihat suatu pemandangan melainkan kuburan itu lebih buruk dari dari segalanya.”‘ (HR.Ahmad 425, Ibnu Majah, 4267, Tirmidzi 2308 Berkata Abu Isa : Hadits ini hasan gharib)

10. Berdoa’ Kepada Allah ta’la

Allahu ta’la berfirman :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Qs.Al Baqarah: 186)

Berdo’a Minta Keteguhan Hati

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

“Sesungguhnya hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang Maha Pemurah. Allah Subhanahhu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut kehendak-Nya.” Setelah itu, Rasulullah ﷺ berdoa; ‘Ya Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan beribadah kepada-Mu!’ (HR.Muslim,2654)

Berdo’a Minta Petunjuk

Nabi ﷺ bahwasanya beliau pernah berdoa:

ُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

“ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKAL HUDAA WATTUQOO WAL’AFAAFA WALGHINAA “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, terhindar dari perbuatan yang tidak baik, dan kecukupan (tidak minta-minta,).” ( HR.Muslim, no 2721).

Demikian, semoga Allah senantiasa menghidupkan dan melembutkan hati kita.

Allahu ‘alam.

Dijawab oleh
Ust.Abu Yusuf Dzulfadhli M,BA.

Mendapatkan Pahala Yang Besar Dengan Amalan Yang Sedikit

1. Melafazkan zikir Subhaanallahul’azhiim dan Subhanallah wabihamdihi

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ beliau bersabda: “Dua kalimat ringan dilisan, berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu Subhaanallahul’azhiim dan Subhanallah wabihamdihi.”
( HR.Bukhari, No 6406)

2. Mendirikan shalat 2 rakaat Dhuha

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

Dari Abu Dzarr dari Nabi ِﷺ bahwa beliau bersabda: “Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha.” (HR.Muslim, 720)

3. Mengiringi dan Menyaksikan Jenazah

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : ((مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ ))قِيلَ :وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ : ((مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ)).متفق عليه.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata; Telah bersabda Rasulullah ﷺ: “Barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menyolatkannya maka baginya pahala satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menguburkannya maka baginya pahala dua qirath”. Ditanyakan kepada Beliau; “Apa yang dimaksud dengan dua qirath?” Beliau menjawab: “Seperti dua gunung yang besar”. (Muttafqqun ‘alaihi).

4. Membaca Satu Huruf Dari Al- Qur’an

عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata; Rasulullah ِﷺ bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al Qur`an), maka baginya satu pahala kebaikan dan satu pahala kebaikan akan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali, aku tidak mengatakan ALIF LAAM MIIM itu satu huruf, akan tetapi ALIF satu huruf, LAAM satu huruf dan MIIM satu huruf.” (HR.Tirmidzi, no 2910)

5. Berwudhu

عَنْ عُثْمَانَ بِنْ عَفَّانَ رَضِيَ اللّهَ عَنْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِﷺ : (( مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ )).رواه مسلم.

Dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah ِﷺ bersabda: “Barangsiapa berwudhu, lalu membaguskan wudhunya, niscaya kesalahan-kesalahannya keluar dari badannya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya.” (HR.Muslim, no 245).

6. Shalat Fajar 2 Raka’at

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّهُ عَنْهَا قَالَتْ :عَنِ النَّبِيِّﷺ قَالَ:(( رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا)).رواه مسلم.

Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha dari Nabi ﷺ , beliau bersabda: “Dua rakaat fajar lebih baik daripada dunia seisinya.” ( HR.Muslim, no 725)

7. Berdzikir di masjid setelah shubuh

Dari Anas bin Malik, Nabi‘ ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian tetap duduk di masjid sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka dia mendapat pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna.” (HR. At Tirmidzi dan dinilai hasan oleh Al Albani)

8. Membaca dzikir ketika masuk pasar atau tempat keramaian

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ

Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang masuk pasar kemudian dia membaca: laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiit wa huwa hayyun laa yamuutu, biyadihil khair, wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir [tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah tiada sekutu bagiNya, milikNyalah seluruh kerajaan. Dan milikNyalah seluruh pujian, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahahidup dan tidak mati, di TanganNyalah segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu] maka Allah catat untuknya sejuta kebaikan, Allah hapuskan sejuta kesalahan, dan Allah angkat untuknya satu juta derajat.” (HR. At Tirmidzi, Al Hakim, Ad Darimi dan dinilai hasan oleh Al Albani)

9. Shalat berjama’ah di masjid

Dari Abu Umamah, Nabi ‘ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang keluar dalam keadaan suci, menuju masjid untuk melaksanakan shalat jama’ah maka pahalanya seperti pahala seperti orang yang sedang haji dalam keadaan ihram.” (HR. Abu Dawud dan dinilai hasan oleh Al Albani)

10. Berdzikir ketika terbangun dari tidur

Dari Ubadah bin Shamit, Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang terbangun (nglilir) ketika tidur malam kemudian dia membaca: laa ilaha illallahu wahdahu laa syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadiir. Alhamdulillah, wa subhanallah, wa laa ilaha illallah wallahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illa billah [tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata tiada sekutu bagiNya, milikNyalah seluruh kerajaan, milkNyalah segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Segala puji milik Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Allah Mahabesar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah] kemudian dia beristighfar atau berdo’a maka akan dikabulkan. Jika dia berwudhu kemudian shalat dua rakaat maka shalatnya diterima.” (HR. Bukhari & Abu Dawud)

11. Membaca Shalawat

Dari Abu Hurairah, Nabi ‘ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain: “Barangsiapa yang membaca shalawat untukku sekali, maka Allah akan memberikan shalawat kepadanya sepuluh kali, dihapuskan sepuluh kesalahan, dan diangkat sepuluh derajat.” (HR. An Nasa’i, shahih)

12. Menjawab adzan dan membaca do’a setelah adzan

Dari Jabir bin Abdillah, Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang mendengarkan adzan kemudian dia membaca do’a: Allahumma rabba hadzihid da’watittammah washshalatil qa’imah, ati muhammadanil wasilata wal fadhilah wab’ats-hu maqamam mahmudanilladzi wa’adtahu [Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna dan shalat wajib yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan fadhilah. Bangkitkanlah beliau ke tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya.] maka dia berhak mendapat syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

13. Membaca dzikir setiap pagi dan sore. Diantara dzikir yang disyariatkan adalah membaca : ‘subahanallah wa bihamdihi‘’

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa di waktu pagi dan sore membaca: ‘subahanallah wa bihamdihi‘ seratus kali maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala yang lebih baik dari pahala yang dia bawa, kecuali orang yang membaca seperti yang dia baca atau lebih banyak.” (HR. Muslim)

14. Mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan

Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang mengajak orang lain untuk melakukan kesesatan dan maksiat maka dia mendapat dosa sebagaimana dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

15. Rajin Beristighfar

Dari Ibn Abbas, Nabi ﷺ bersabda:“Barangsiapa yang rajin beristighfar maka Allah akan berikan jalan keluar setiap ada kesulitan, Allah berikan penyelesaian setiap mengalami masalah, dan Allah berikan rizki yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud, hasan lighairihi)

17. Melafazkan Sayidul Istighfar

عن شَدَّادُ بْنُ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ قَالَ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Dari Syaddad bin Aus radliallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ ; “Sesungguhnya istighfar yang paling baik adalah; kamu mengucapkan: ‘ALLAHUMMA ANTA RABBI LAA ILAAHA ILLA ANTA KHALAQTANI WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA SHANA’TU ABUU`U LAKA BIDZANBI WA ABUU`U LAKA BINI’MATIKA ‘ALAYYA FAGHFIRLI FA INNAHU LAA YAGHFIRU ADZ DZUNUUBA ILLA ANTA (Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu) ‘.” Beliau bersabda: ‘Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk dari penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk dari penghuni surga.’ ( HR.Bukhari,no 6306).

18. Melafalkan Dzikir HASBIYALLAAH LAA ILAAHA ILLA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WAHUWA RABBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
مَنْ قَالَ إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَبْعَ مَرَّاتٍ كَفَاهُ اللَّهُ مَا أَهَمَّهُ صَادِقًا كَانَ بِهَا أَوْ كَاذِبًا

Dari Abu Darda` radliallahu ‘anhu berkata; “Barang siapa yang ketika pagi dan sore mengucapkan; HASBIYALLAAH LAA ILAAHA ILLA HUWA ‘ALAIHI TAWAKKALTU WAHUWA RABBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM (cukuplah Allah bagiku tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, hanya kepadanya aku bertawakkal karena Dialah Rabb pemilik ‘Arsy yang agung) tujuh kali, maka Allah akan mencukupkan (menyelamatkannya) dari kesusahan-kesusahan yang membelitnya, baik dia mengucapkannya secara jujur, atau pura-pura (tanpa ada niat, spontan).” (HR.Abu Daud 5081)

Semoga Allah ta’la memudahkan kita mengamalkannya dengan baik.

Allahu ‘A’lam.

Abu Yusuf Dzulfadhli M,BA.

Risalah Untuk Sang Bidadari

Wahai saudariku, engkau adalah perhiasan dunia laksana permaisuri yang bersemai di istana raja, yang di hiasi dengan keindahan suasana syahdunya, dan engkau  bagaikan mutiara yang tertutup rapi yang belum pernah di sentuh walau sehelai benang sekalipun, dan engkaulah yang membuat dunia ini bercahaya, dan besinar terang karena ke shalihan yang terpancar dari jiwamu atas izin Rabb yang Maha Perkasa.

Pernahkah engkau mendengar risalah yang indah, dan kalau sekiranya untaian ini diperdengarkan kepada sang peminang-peminang bidadari surga Allah, niscaya akan berguncanglah jiwa mereka karena rindu ingin menggapainya, laksana busur yang lepas hingga menancap di dada-dada mereka. Nabi shalallahu’alhi wasallam besabda dengan lisannya yang mulia:

الدنيا متاع وخير متاع المرأة الصالحة) رواه مسلم)

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR.Muslim)

Wahai saudariku, maka ketahuilah! keshalihan akan memancar di setiap hati yang lembut selembut kapas dan seindah salju yang turun dari langit ,dan kesalihan itu akan tersirat di setiap desahan nafasmu, disetiap gerak lidahmu yang basah melafadzkan kalimat yang menentramkan jiwa, dan keshalihan itu akan memancar disetiap lemah gemulai bahasa tubuhmu yang indah karena ketakwaan yang ada pada dirimu, maka rawatlah ia sebagaimana engkau merawat bunga mawar yang indah merekah ketika di pandang .

Wahai saudariku, apakah yang hendak engkau cari! Perjalanan dunia sangatlah singkat, sementara perjalanan akhirat sangatlah panjang. Apakah engkau akan mencari kemuliaan selain islam? ataukah engkau mencari sesuatu yang fana laksana fatamorgana ? tidak wahai saudariku! kalau sekiranya dunia ini kekal niscaya kita akan mengejarnya sampai tetes darah penghabisan, akan tetapi wahai jiwa yang mengaku menjadi perhiasan dunia!maka ketahuilah dunia ini tidaklah kekal, kita akan meninggalkannya dan kita akan musnah ditelan masa.

Bukankah kita pernah mendengar Allah subhanallahu wa ta’ala berkata tentang hakikat dunia :

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ [٥٧:٢٠]

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qs.Al-hadid:20)

Dan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bersabda dengan kalimat yang singkat akan tetapi maknanya luas bagikan langit dan bumi .

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا لِي وَلِلدُّنْيَا ؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

Ada apa antara aku dengan dunia ini? Tidaklah aku berada di dunia ini kecuali bagaikan seorang pengendara/penempuh perjalanan yang berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian dia beristirahat sejenak di sana lalu meninggalkannya. (HR. Tirmidzi, dia berkata hadits hasan sahih)

Wahai saudariku, pernahkah engkau mendengar kisah para istri –istri yang durhaka dan berkhianat kepada sang Al-Khaliq  , karena mereka mendustakan utusan-utusa-Nya. Tatkala mereka mengumandangkan seruan yang memancarkan rahmat keseluruh alam.Siapakah mereka?Allah Azza wa jalla berkata :

“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”. (Qs.At-tahrim:10)

Maka jadilah engkau seperti istri-istri yang di ridhai oleh Allah, yang menjaga kehormatan jiwa dan taat kepada rabbul ‘alamin karena keimanan yang tertanam di dalam dada mereka .

Allah Azza wa jalla berkata :

“Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.“(Qs.At-tahrim:11)

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (Qs.At-tahrim:12)

Wahai jiwa yang menginginkan ke shalihan, lihatlah! perjalanan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Ummahatul mukminin (istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), dan diantara salah satu tauladan yang baik dari istri-istri Rasulullah yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha,begitu dahsyatnya kecintaan beliu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tatkala datang kegundahan yang mencekam yang menimpa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disitulah tersemai cinta yang abadi karena Allah azza wa jalla ,apakah yang ia katakan?

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali dengan wahyu yang sudah terhujam di dadanya. Beliau menemui Khadijah binti Khuwailid radhiallahu ‘anha. dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Keluarganya menyelimuti beliau hingga hilang ketakutan beliau. Beliau menceritakan kisahnya di gua Hiraa kepada Khadijah radhiallahu ‘anha, “Aku khawatir terhadap apa yang menimpa diriku.” Khadijah berkata: “Tidak apa-apa. Demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau selalu menyambung silaturahim, menolong banyak orang, memberi makan orang miskin, menghormati tamu, membantu orang-orang yang benar.”…(HR.Bukhari)

Subhanallah, lihatlah! sungguh indah perkataan yang terlontar dari lisan khadijah radhiallahu ‘anha kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,dan betapa indahnya kalau sekiranya semua wanita muslimah yang ada di bumi ini menjadikan wanita-wanita shalihah yang terdahulu menjadi suri tauladan yang baik karena mereka menyambut seruan Robbul’alamin niscaya mereka akan mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat.

Wahai saudariku! jikalau sekiranya sudah sampai tahapan seperti ini (wanita shalihah), maka jangan biarkan desahan setiap nafasmu membuat lalai dari mengingt-Nya karena Dialah kekasih kita yang hakiki dan tidaklah yang sangat kita harapakan melainkan Ridha-Nya Ampunan-Nya, Rahmat-Nya dan Surga-Nya. Wallahu’alam bishowab.

Al-Faqir ilallah : Abu Yusuf Fadhli al Maidani