Orang Tua Berwasiat Untuk Mengerjakan Amalan Yang Tidak Ada Dalilnya

Orang Tua Berwasiat Untuk Mengerjakan Amalan Yang Tidak Ada Dalilnya

Pertanyaan:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

 

Ustadz ana mau bertanya.
Orang tua ana umurnya sudah 50 lebih, tadi beliau berwasiat ke ana ketika orang tua ana meninggal orang tua ana ingin diadakan tahlilan (malam ke 1, 2, dst). Lalu ana bilang hal seperti itu tidak di contohkan oleh Rasulullahﷺ dan beliau tetap kekeh untuk menjalankan wasiat itu. Apa yg harus ana lakukan ya ustadz?
Jazakallah khairan

Jawaban:

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Pada pertanyaan di atas, ada dua point yang akan kita bahas, yaitu berkaitan dengan amalan wasiat membacakan dzikir atau alqur’an sebagai hadiah bacaan kepada mayyit, dan apakah wasiat tersebut harus ditunaikan.

Pertama:

Apa Hukum menghadiahkan Pahala Bacaan kepada Mayyit?

Allah ta’la berfirman :

وَأَنَّ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى

“Dan Bahwasanya seseorang tidaklah memperoleh selain apa yang mereka usahakan.” (Qs.An Najm: 39)

Pada asalnya tidak bermanfaat amalan orang yang masih hidup yang dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal, kecuali berdasarkan dalil yang mengkhususkan keumuman dalil di atas, dan jika tidak ditemukan dalil , maka dalil tersebut diatas tetap bersifat umum seperti hukum asalnya.

Oleh karenanya Nabi ﷺ tidak pernah menganjurkan ummatnya menghadiahkan pahala bacaan Al Qur’an kepada mayyit, tidak pula memberikan contoh dan petunjuk pada amalan tersebut.
Hal ini juga tidak didapati adanya atsar dari sahabat, yang kami ketahui-akan tetapi nabi ﷺ hanya memberi contoh agar meminta ampunan kepada orang yang telah meninggal dunia, beliau ﷺ bersabda:

استغفروا لأخيكم وسلوا له التثبيت، فإنه الآن يسأل

Mohon ampunlah ( kepada Allah) untuk saudaramu dan mintalah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya ia sedang di tanya.” (Shahih; HR.Abu Daud no. 3221)dan yang lainnya.

Dari penjelasan diatas, bahwa bacaan Al Qur’an tidak bermanfaat (sampai,pent) kepada si mayit, demikian yang menjadi pendapat mazhab Asy- Syafi’i yang berbeda dengan pendapat jumhur. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah 1/ 667-668).

Kedua:

Apakah wasiat yang bertentangan dengan Syariat harus di tunaikan ?

Syaikh al-Albani dalam kitab Ahkamul Janaiz menyebut satu point bahwa wasiat kezhaliman yang batil itu tertolak (tidak boleh ditunaikan,pent)
Hal tersebut Berdasarkan sabda Nabi ﷺ:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد

“Barangsiapa yang beramal yang tidak ada contohnya dari kami, maka ia tertolak.” (Riwayat yang di keluarkan oleh asy Syaikhan (Imam Bukhari dan Muslim,pent)dalam kitab as- Shahihain, ahmad dan selain mereka, lihat Al Irwa’ ghalil hal.88)).

Dan dalam hadits Imran bin Husain:

“Bahwasannya Ada seorang ketika akan meninggal berwasiat memerdekakan enam orang budaknya (ia tidak memiliki harta kecuali enam budak tersebut), kemudian datanglah ahli warisnya dari pedalaman, maka mereka mengabarkannnya kepada Rasulullah ﷺ perihal apa yang ia lakukan( wasiatkan,pent) orang tersebut, lalu beliau bertanya : ‘ apa benar ia melakukan hal tersebut?’ lebih lanjut, beliau ﷺ berkata :

لو علمنا إن شاء الله ما صلينا عليه قال : فأقرع بينهم فأعتق منهم اثنين، ورد أربعة في الرقِّ.

Seandainya aku mengetahui, insya Allah aku tidak menshalatkannya, kemudian mengundi diantara mereka
dan memerdekakan dua di antaranya dan mengembalikan empat budak lainnya.” (Diriwayatkan Ahmad ( IV/446) dan hadist senada diriwyatkan pula oleh Muslim. (lihat Ahkamul Janaiz oleh Syaikh al Albani, hlm 16-17)).

Kesimpulan:

Wasiat mayit yang bertentangan dengan syariat maka tidak boleh di tunaikan. Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah,

Nabi Bersabda ﷺ:

لاطاعة في معصية الله إنما الطاعة في المعروف

“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah, hanya saja ketaatan itu dalam hal yang ma’ruf (kebajikan).”
(HR.Bukhari no. 7257 dan Muslim no 1840)

Apabila jika ada dalil- dalil yang khusus yang menununjukkan bahwa ada amalan yang bermanfaat untuk si mayit, maka boleh di lakukan wasiat tersebut, namun jika tidak maka hendaknya tidak di kerjakan.

Allahu A’lam.

Di Jawab Oleh:

Abu Yusuf Dzulfadhli Munawar