Hukum Membayarkan Nadzar Orang yang Telah Meninggal

Hukum Membayarkan Nadzar Orang yang Telah Meninggal

Pertanyaan

Bismillaah…
Afwan, ana mau nanya,
Jika seseorang bernazar maka ia wajib untuk membayar nazar itu, walaupun Rasululloh melarang ntuk bernazar.

Bagaimana kalau yang bernazar sudah meninggal dunia, apakah boleh keluarganya yg mengganti membayarkan nadzarnya Ustadz ?

Jawaban

بسم الله.والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن والاه. أما بعد: وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته.

Nadzar adalah Mewajibkan diri dengan sesuatu yang tidak wajib
.
Hukum nadzar terbagi dua:

1. Hukum Memulai Nadzar

Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini menjadi 2:

– Pendapat Pertama: Haram

– Pendapat Kedua: Makruh

Kedua pendapat ini berlandaskan dengan larangan Nadzar dalam hadits Nabi صلى الله عليه وسلم :

« ﻻ ﺗﻨﺬﺭﻭا ﻓﺈﻥ اﻟﻨﺬﺭ ﻻ ﻳﻐﻨﻲ ﻣﻦ اﻟﻘﺪﺭ ﺷﻴﺌﺎ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﺴﺘﺨﺮﺝ ﺑﻪ ﻣﻦ اﻟﺒﺨﻴﻞ »(رواه مسلم والترمذي والنسائي) ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ. (ﺻﺤﻴﺢ) اﻧﻈﺮ ﺣﺪﻳﺚ ﺭﻗﻢ: 7466 ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺢ اﻟﺠﺎﻣﻊ

“Janganlah kalian bernadzar. Karena sesungguhnya Nadzar tidak bisa menyelamatkan sedikitpun dari takdir. Sesungguhnya ia hanyalah muncul dari orang bakhil.” (HR. Muslim, Tirmidzi dan Nasa-i)

Kesimpulannya
Memulai Nadzar adalah dilarang.

2. Hukum Setelah Bernadzar

Masalah ini dibutuhkan rincian sebagai berikut:

– Bila Nadzar tersebut berupa ketaatan maka wajib menunaikannya.

– Bila Nadzar tersebut berupa kemaksiatan maka tidak boleh ditunaikan.

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

«ﻣﻦ ﻧﺬﺭ ﺃﻥ ﻳﻄﻴﻊ اﻟﻠﻪ ﻓﻠﻴﻄﻌﻪ ﻭﻣﻦ ﻧﺬﺭ ﺃﻥ ﻳﻌﺼﻴﻪ ﻓﻼ ﻳﻌﺼﻪ» . ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ

“Siapa saja yang bernadzar untuk mentaati Allah maka taatilah Dia. Dan siapa saja yang bernadzar untuk mendurhakai Allah, maka janganlah durhaka kepada – Nya.” (HR. Bukhari)

Hanya saja untuk Nadzar maksiat maka selain wajib dibatalkan, wajib pula ditebus dengan Kafaroh Sumpah.

Nabi ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ bersabda :

«ﻛﻔﺎﺭﺓ اﻟﻨﺬﺭ ﻛﻔﺎﺭﺓ اﻟﻴﻤﻴﻦ» .ﺭﻭاﻩ ﻣﺴﻠﻢ

“Tebusan Nadzar adalah tebusan sumpah.” (HR. Muslim)

Yaitu dengan memilih salah satu dari 3 pilihan yang ada di ayat ini, Allah berfirman,

{لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللّٰهُ بِاللَّغْوِ فِيْۤ اَيْمَانِكُمْ وَلٰـكِنْ يُّؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُّمُ الْاَيْمَانَ ۚ فَكَفَّارَتُهٗۤ اِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسٰكِيْنَ مِنْ اَوْسَطِ مَا تُطْعِمُوْنَ اَهْلِيْكُمْ اَوْ كِسْوَتُهُمْ اَوْ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ ۗ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ ۗ ذٰلِكَ كَفَّارَةُ اَيْمَانِكُمْ اِذَا حَلَفْتُمْ ۗ وَاحْفَظُوْۤا اَيْمَانَكُمْ ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَـكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ}

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan seorang hamba sahaya. Barangsiapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukum-Nya kepadamu agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 89)

– Bila Nadzar tersebut berupa ketaatan namun tidak mampu menunaikannya, maka tebusannya sama juga dengan tebusan sumpah.

– Bila Nadzar tersebut berupa hal-hal yang mubah, bukan ketaatan dan bukan pula kemaksiatan, seperti puasa sambil berdiri di teriknya matahari maka boleh dibatalkan tanpa ada dosa dan tebusan.

ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ: ﺑﻴﻨﺎ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺨﻄﺐ ﺇﺫا ﻫﻮ ﺑﺮﺟﻞ ﻗﺎﺋﻢ ﻓﺴﺄﻟﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﻘﺎﻟﻮا: ﺃﺑﻮ ﺇﺳﺮاﺋﻴﻞ ﻧﺬﺭ ﺃﻥ ﻳﻘﻮﻡ ﻭﻻ ﻳﻘﻌﺪ ﻭﻻ ﻳﺴﺘﻈﻞ ﻭﻻ ﻳﺘﻜﻠﻢ ﻭﻳﺼﻮﻡ ﻓﻘﺎﻝ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﻣﺮﻭﻩ ﻓﻠﻴﺘﻜﻠﻢ ﻭﻟﻴﺴﺘﻈﻞ ﻭﻟﻴﻘﻌﺪ ﻭﻟﻴﺘﻢ ﺻﻮﻣﻪ»ﺭﻭاﻩ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ

“Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata, Tatkala Nabi صلى الله عليه وسلم sedang berkhutbah, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri. Lalu beliau bertanya tentang orang itu. Mereka katakan, (Itu) Abu Isroil. Dia bernadzar untuk berdiri tidak duduk, dan tidak berteduh serta tidak berbicara dalam kondisi berpuasa. Lalu Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda : “Perintahkan ia untuk berbicara, berteduh dan duduk serta sempurnakan puasanya.” (HR. Bukhari)

Bagaimana jika yang bernadzar telah wafat?

Bila orang yang bernadzar telah wafat dan meninggalkan hutang Nadzar belum tertunaikan, maka walinya yang menunaikan untuknya.

ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ، ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: اﺳﺘﻔﺘﻰ ﺳﻌﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﻧﺬﺭ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﻪ، ﺗﻮﻓﻴﺖ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﺗﻘﻀﻴﻪ، ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﻓﺎﻗﻀﻪ ﻋﻨﻬﺎ» رواه مسلم

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما berkata : Saad bin Ubadah رضي الله عنه pernah minta fatwa kepada Nabi صلى الله عليه وسلم tentang Nadzar yang ada pada tanggungan Ibunya yang telah wafat sebelum sempat menunaikannya. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda : “Tunaikan (Nadzar itu) untuknya.” (HR. Muslim)

والله تعالى أعلم