Untuk Apa Saya Diciptakan? Hikmah Penciptaan Manusia

Untuk Apa Saya Diciptakan? Hikmah Penciptaan Manusia

14th Mei 2025
Imam Fikri, S. H, M. Ag

Tiada kesia-siaan dalam Penciptaan manusia

Harus kita yakini dengan pasti, bahwa Allah menciptakan manusia bukan tanpa hikmah apapun, akan tetapi Allah menciptakan manusia karena adanya hikmah yang sangat besar dari Penciptaan manusia.

Sedangkan Allah ketika berbuat atau menakdirkan suatu tidak akan luput dari hikmah yang agung, hal tersebut dikarenakan kesempurnaan Dzat, Sifat Ilmu, sifat Kemampuan, dan Sifat keinginan Allah, sehingga takdir yang notabene bersumber dari sifat-sifat Allah tersebut sudah bisa dipastikan kebaikan dan hikmahnya.

Allah berfirman:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja)”. (QS. Al-Muʼminun: 115)

Pada ayat diatas Allah menafikan adanya kesia-siaan dalam Penciptaan manusia, begitu juga Allah menafikan kebutuhan dari Penciptaan manusia itu sendiri, Allah berfirman :

مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ

“Aku tidak menginginkan rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menginginkan agar mereka memberi makan kepada-Ku.” Ayat ini (QS. Az-Zariyat 57)

Dapat kita pahami bahwa Allah menafikan sia sia dan butuh dari Penciptaan manusia yang mana pada hakikat ini menunjukkan bahwa Allah berbeda dengan manusia, yaitu ketika manusia membuat suatu hal pasti tidak luput dari dua hal yaitu butuh atau sia sia, namun Allah tersucikan dari kedua hal tersebut karena kedua hak tersebut adalah sifat makhluk.

Sedangkan Allah adalah Dzat yang memiliki hikmah yang luas dan kebijaksanaan yang sempurna, oleh karena itu semua perbuatan Allah tidak boleh ditanya “kenapa” dan semua sifat Allah tidak boleh ditanya “bagaimana”.

Allah berfirman :

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya’ 23)

Maka begitu juga dari Penciptaan manusia, Allah menetapkan hikmah yang sangat besar bahkan Allah menyanggah ketika para malaikat mengatakan manusia menyebabkan keburukan diatas muka bumi, Allah berfirman :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.(QS. Albaqarah 30)

Pada ayat diatas Allah menetapkan bahwa Allah tetap menciptakan manusia karena hikmah dan maslahat nya lebih besar daripada keburukan yang mereka perbuatan di atas muka bumi, walaupun keburukan itu tetap ada karena Allah tidak menyalahkan perkataan dari malaikat, itu menunjukkan manusia memilki keburukan namun hikmah dari diciptakannya manusia jauh lebih banyak.

Hikmah Manusia Diciptakan Untuk Diuji

Maka Allah jelaskan hikmah dari Penciptaan manusia yaitu mereka diciptakan untuk diuji, Allah berfirman :

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampu” (QS. Al Mulk: 2)

Pengujian manusia di dunia selalu dibarengi dengan karunia dan keadilan Allah pada setiap manusia yang menjalani kehidupan, oleh karena itu Allah memberikan manusia akses untuk memiliki ilmu terkait ujian tersebut, Allah berfirman :

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Allah juga memberikan pedoman untuk menjalani ujian yang Allah berikan

Maka Allah memberikan manusia 3 metode ilmu untuk bisa mengakses ilmu atau pedoman untuk menjalankan kehidupan, yaitu:

  1. Pendengaran untuk mendengarkan Alqur’an.
  2. Penglihatan untuk membaca Alqur’an
  3. Akal yang bertempat di hati untuk memikirkan dan menetapkan kesimpulan logika sehat yang bersumber dari wahyu Alqur’an.

Setelah itu, Allah menurunkan data atau objek yang diakses oleh manusia, yaitu wahyu yang Allah turunkan dengan perantara utusan dari kalangan malaikat (yaitu Jibril) kepada utusan dari kalangan manusia (yaitu para Rasul), kemudian para Rasul menyampaikan ilmu tersebut kepada Hamba-hamba Allah lainnya, ilmu tersebut adalah Alquran dan hadist.

Maka setelah tegak metode dan sumber ilmu tersebut, Adil lah Allah ketika menguji manusia sehingga mereka berhak mendapat ganjaran dari kebaikan dan hukuman dari keburukan setelah tegaknya hujjah untuk mereka.

Apa Saja Bentuk-Bentuk Ujian Bagi Manusia? Baca pembahasannya di sini.

 

Penulis

Dosen: Islamic Studies @ UNIMED, Islamic Theology @ IMUN Islamic Law Methodology @ IMUN & Penulis Buku: Menghapus Titik Kelabu dan Mercusuar Biru