Ringkasan Kajian Kitab Ensiklopedi Larangan Jilid 1 : Bab Larangan Beristinja’ dengan Menggunakan Kurang dari Tiga Buah Batu

Ringkasan Kajian

Setelah buang air, terdapat 2 cara untuk membersihkannya. Yaitu Istinja’ (membersihkan dengan air) dan Istijmar (membersihkan dengan menggunakan selain air). Istijmar dapat dilakukan dengan menggunakan batu atau tissue. Berbeda dengan hukum wudhu dan tayamum, dimana tayamum merupakan alternatif disaat ketidak tersediaan air. Adapun untuk istijmar, seseorang boleh melakukan Istijmar meskipun terdapat air di sekitarnya. Dan hal ini tetap sah, asal memperhatikan beberapa hal yang telah ditetapkan.

Diriwayatkan dari Salman, bahwa pernah ditanyakan kepadanya, “Nabi kalian telah mengajarkan segala sesuatu hingga tata cara buang hajat.” Salman menjawab, “Benar, beliau melarang kami menghadap kiblat ketika buang hajat besar atau kecil, melarang kami beristinja’ dengan tangan kanan atau beristinja’ dengan kurang dari tiga buah batu atau beristinja’ dengan menggunakan kotoran hewan yang sudah kering atau tulang!”

Kandungan Bab:

1.      Perintah beristinja’ dan larangan meninggalkannya. Bahkan larangan beristinja’ dengan menggunakan kurang dari tiga buah batu adalah menunjukkan wajibnya beristinja’.

2.      Batas minimal jumlah batu yang boleh digunakan yaitu tiga buah batu.

Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu telah diriwayatkan perintah untuk itu dalam hadits dari ‘Abdullah Ibnu Mas’ud berkata, “Rasulullah memerintahkanku agar membawakan tiga buah batu untuk beliau.”

Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan di dalamnya, “Beliau memerintahkan beristinja’ dengan menggunakan tiga buah batu dan melarang beristinja’ dengan kotoran hewan dan tulang.”

Demikian pula hadits Khuzaimah bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, disebutkan di dalamnya, Rasulullah saw. ditanya tentang tata cara istijmar. Beliau menjawab, “Gunakan tiga buah batu dan jangan gunakan kotoran yang telah mengering.”

3.      Sebagian ahli ilmu tidak mensyaratkan tiga buah batu dalam beristinja’, mereka berdalil dengan hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu di atas, disebutkan di dalamnya, “Aku menemukan dua buah batu, aku ingin mencari yang ketiga namun tidak kutemukan. Aku pun mengambil sebuah kotoran hewan yang telah mengering. Lalu kubawa kepada beliau. Beliau mengambil dua buah batu itu dan membuang kotoran hewan.”. Mereka berkata, “Sekiranya tiga buah batu adalah syarat, tentu beliau akan mencari satu batu lagi.”

Namun argumentasi mereka itu lemah ditinjau dari beberapa sisi:

1.      Sebenarnya Rasulullah . telah mencari batu yang ketiga, dalam riwayat Ahmad [I/450] dan ad-Daruquthni [I55] disebutkan, “Beliau membuang kotoran hewan dan berkata, ‘Sesungguhnya benda ini adalah kotoran, carilah batu satu lagi’.” Diriwayatkan dari jalur Ma’mar dari Abu Ishaq, dari ‘Alqamah bin Qais, dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani [I/257] berkata, “Perawinya tsiqat.”

2.      Kemungkinan Rasulullah merasa cukup dengan perintah beliau yang pertama, sehingga beliau merasa tidak perlu mengulangi perintah mencari tiga buah batu untuk kedua kalinya.

3.      Dalam hadits tersebut tidak terdapat dalil tidak adanya pensyaratan tiga buah batu. ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. hanya menceritakan bahwa beliau mencarinya, namun tidak mendapatkannya. Dan kemungkinan Rasulullah merasa cukup dengan salah satu sisi dari dua buah batu tersebut sehingga tidak membutuhkan batu yang ketiga. Wallaahu a’lam.

 

Kajian Rutin Kitab Ensiklopedi Larangan Jilid 1

Ustadz Ali Nur Lc,

Kamis, 21 Muharram 1439 H / 12 Oktober 2017

Masjid At-Taubah Jl. Prona Ringroad (Dekat Terminal Sempati Star), Medan